Kamu Tersayang

Kalau kau bilang bahwa aku tidak tahu rasanya disakiti, dihempaskan, dan dilupakan, kamu benar. Aku tidak tahu rasanya.

Kalau kau bilang bahwa aku tidak tahu rasanya menjadi pesakitan yang dengan tiba-tiba pusing karena kolesterol melonjak, limbung karena gula darah tinggi, dan muntab karena emosi, kamu benar. Karena kenyataannya aku tidak pernah mengalami semuanya.

Kalau kau bilang aku tak tahu rasanya menjadi kesepian, rindu ada gandengan, cemburu dengan semua orang yang punya pasangan, lagi-lagi kamu benar. Aku masih punya seseorang yang ada di sampingku merengkuh seluruh keluhku.

Kalau kau bilang aku tak tahu rasanya menjadi seorang orang tua tunggal dengan 2 anak nakal tanpa perhatian ayah, kamu benar. Karena ayah anak-anakku selalu ada untuk mereka.

Lalu kau tak mau ingat kenapa semua bisa terjadi? Bukan untuk menyalahkan dirimu, tapi semata-mata untuk berhenti menyalahkan orang lain. Karena orang lain itu sudah tak mendengar lagi, sudah tak mau melihat lagi, sudah tak mau peduli lagi.

Lalu kau tak mau berusaha bangkit dan tegak di atas kaki mu? Agar kau punya kekuatan sendiri untuk bersenang-senang, membahagiakan dirimu, mempercantik rupa mu, mencerahkan rumah mu.

Lalu kau tak mau berhenti menghardik anak-anakmu? Supaya mereka tidak kehilangan pegangan, tetap punya panutan, dan tempat berlindung dari kejamnya pergaulan.

Aku tidak mampu merasakan rasa pedihmu yang kau biarkan lekat, mengikat, menjadi bebanmu 3 tahun ini.

Tapi aku juga sedih. Sedih karena kau bilang hanya handphone yang membuatmu bahagia saat kuminta engkau harus bangkit.
Sedih karena kau akan menyerahkan 2 permata jiwa mu ke orang lain ketimbang berjuang membesarkan mereka.
Sedih karena kau lebih suka mengunggah status tentang jodoh di tengah ketidakberdayaanmu atas kegagalan ini.

Ahhh ... aku tak yakin kamu mengerti atau mau mengerti.🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjernihkan Nurani

Assalaamu'alaikum, Krisna

Demi Buah Salak