Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2012

Merindukan Sushi

Hhhh … Neng menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Sudah berapa kali dia sadar ada kekurangan dalam pekerjaannya. Sudah berapa kali dia mengingat-ingat kekurangan itu dan berusaha menghindarinya. Tapi … ternyata jenis pekerjaaan lain, tingkat kesulitan dan pemahaman juga lain. Tidak ada orang yang sempurna, itu pasti. Setiap orang pernah berbuat salah, itu tentunya. Tapi kalau lagi dan lagi? “Sudah lah … yang penting kita sudah bekerja semampu kita”., kata seorang senior menenangkan. “Ga usah terlalu jadi beban. Yang penting kita bekerja sesuai kemampuan terbaik kita”,   hibur sang Atasan. “Jangan terlalu stress. Yang penting kita taat dengan prosedur yang harus kita jalani”,   tegas suaminya menghibur. Hhhh … semampu kita, kemampuan terbaik, itu hal yang relatif. Kelak jika kesalahan itu jadi temuan institusi pemeriksa, apa mereka percaya itu adalah hasil terbaik yang bisa Neng lakukan? Prosedur sudah berusaha ditaati, tapi masih ada yang terlewat. Neng masih me

Buntu

Langit Tanah Abang nampak cerah berselimut awan putih. Entah bagaimana mekanisme alam menyaring polusi asap kendaraan bermotor , sehingga nun jauuuuuuuh di sana, awan tetap putih. Neng senang sekali menatap awan putih. Ia selalu membayangkan saat-saat seperti itu lah ia berhadap-hadapan menatap wajah Allah.   Meski tak pernah sanggup menumpahkan keluh kesahnya, setidaknya ia yakin dari lantunan istighfar nya Allah tahu Neng tengah mengadu. Ia hanya bias beristighfar karena tidak bisa melantunkan permohonan atau menulis kata-kata permintaan atas pemandangan ironi yang jadi menu nya sehari-hari. Anak-anak penjual koran dan penyemir sepatu semakin bertambah, orang buta yang setia tiap pagi melantunkan   senandung nostalgia-nya bang hadji, orang-orand dewasa yang menjual tisu dan koran. Bukan pengemis yang membuat batinnya risau. Para pengemis itu bisa saja mengironisasi diri mereka, menceritakan kisah menghiba, lalu mereka berkata,”Daripada saya menodong ibu-ibu, lebih baik saya