Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Sejernih Kali Progo

Gambar
Ketika aku menceritakan awal mula pertemuan kita kepada temanku, dia berujar bahwa aku orang yang agresif dan irrasional (hehe … mba Ipung, I really like your statement, indeed). Ku rasa dia mewakili semua orang yang pernah kuceritakan tentang cerita kita, namun mereka tak mampu menemukan dua kata cerdas itu. Bagaimana tidak agresif? Aku memintamu untuk menikah kan? Bagaimana tidak irrasional? Kita baru saling tahu 6 bulan lewat internet dan telefon, serta belum pernah bertatap muka kan? Tapi aku benar-benar bersyukur menjadi orang yang agresif dan irrasional saat itu, karena selama 9 tahun menjadi makmum mu aku belajar banyak hal tentang hidup. Setiap saat aku mau, di mana pun tempat aku butuh. Buat aku, kamu suami jagoan paling sabar sedunia. Bagaimana ga jagoan? Kamu berdiri paling depan untuk menghalang semua kesulitanku. Kau sediakan bahu mu untuk memikul beban ku, dadamu tempat aku mencurahkan tangis, tangan mu untuk merangkul dan menghapus gundah ku, dan curahan fi

Nama Bapakku

“Salam ya, sama mas Sarbini”, heiii … aku masih suka terkejut sambil sedikit geli kalau ada teman yang berusaha familiar dengan keluargaku. Tapi … emang loe pikir siape mas Sarbini? Hahaha … Aku memang menulis nama seseorang di belakang namaku sebagai identitas di dunia maya. User name, facebook ID , atau alamat e-mail . Kalau perempuan yang lain menulis nama suaminya di belakang nama mereka, aku memakai nama bapakku di belakang namaku. Selain ‘salam sok akrab’ di atas, ada juga pengalaman menggelikan saat disangka aku seorang lelaki karena menyingkat nama tengahku sementara nama depanku adalah nama yang cocok baik untuk lelaki maupun wanita. Seorang sempai di kampus saat kutanya mengenai pengalamannya lewa facebook menjawab, “Iya mas Puji, Fall term memang yang terberat. Tapi   insya Allah selanjutnya bisa dilalui dengan santai, kok”. Mungkin, ia menganggap Puji yang bertanya adalah seorang suami yang sangat sayang keluarganya sehingga memasang profile picture i

Jendela Kita yang Baru

Ada banyak jendela di rumah kita. Tapi itu tidak membuat dalam rumah kita bermandikan cahaya. Dua jendela di antaranya hanya jendela kamar di lantai atas yang sekadar memberikan jalan untuk udara keluar masuk agar tak pengap. Ada juga jendela pembatas teras di lantai atas   yang kita buat secara darurat. Penyebabnya, partisi pembatas teras atas dengan kamar yang terbuat dari papan telah rapuh dimakan rayap. Sementara, jika partisi itu dibuka, ada rongga tanpa penutup dari arah balkon menuju ke dalam rumah kita. Bahaya jika dibiarkan terbuka. Jadilah papan-papan yang masih tersisa dari gigitan rayap kau sulap jadi penutup rongga tersebut. Satu lagi   ada jendela di kamar kita … hhhh … aku juga bingung kenapa harus ada jendela itu di kamar itu? Jendela tanpa kaca dengan teralis horizontal yang kaku lebih mirip tangga. Karena kita menempati rumah peninggalan orang tuaku, jadilah kita juga mewarisi jendela ‘tangga’ itu. Ruangan itu sendiri sekarang menjadi kamar kita. Karena an