Postingan

Menampilkan postingan dengan label opini

Macet kok dipikirin?

Cita-cita pembangunan jalan tol, idealnya untuk mempercepat jarak tempuh perjalanan. Dan kalau namanya sudah transjawa, berarti cita-cita luhur pembangunannya, yaaa … mempercepat transportasi sepanjang pulau jawa. Karena hakikatnya jalan tol adalah jalan bebas hambatan, tidak ada persimpangan atau perlintasan dengan kereta api. Apalagi, membawa kendaraan pribadi untuk pulang kampung saat hari raya menjadi alternatif favorit ketika perburuan tiket kereta api begitu sulit dan tiket pesawat sudah berada jauh di luar jangkauan Karena itu, ketika tol Cipali diresmikan medio 2015 oleh Presiden Jokowi dilanjutkan ruas palimanan – pejagan setahun kemudian, kegembiraan masyarakat begitu terasa. Pengguna kendaraan pribadi membayangkan perjalanan mereka dapat lebih fleksibel terjadwal, lebih cepat, bebas dari jalan berlubang atau kerumitan pasar tumpah, perempatan dan putar balik yang menjebak kemacetan, atau perlintasan pintu kereta yang menguji kesabaran. Kegembiraan yang luar biasa ini mem...

Bulat atau Datar?

“Ndro, kamu perhatikan ga? Penerbangan kita ke Banjarmasin ternyata lebih lama dari perjalanan kita pulang ke Jakarta.” Hendro melihat ittenary -nya. “Beda 2 jam lebih ya, mba.” “Itu karena, penerbangan ke Banjarmasin satu arah dengan rotasi bumi. Bumi itu berputar dari barat ke timur kan? Kita menuju timur. Seolah-olah, kita mengejar Banjarmasin. Sedangkan penerbangan menuju Jakarta di belahan barat, berlawanan arah dengan rotasi Bumi. Seolah-olah, kita mendekati Jakarta. Itu yang pernah kubaca, Ndro sebagai efek dari bentuk bumi yang bulat dan rotasi bumi di porosnya.” Hendro mengangguk-angguk, dan itu lah kali pertama saya dengan mantap ‘pamer’ pengetahuan saya yang sedikit tentang bukti bentuk bumi yang bulat. Sebenarnya sih, saya ga mau ikut-ikutan beradu argumentasi soal bumi ini bulat atau datar. Tapi rasanya ‘kebelet’ alias kepingin banget cerita perjalanan batin saya menemukan kesimpulan bahwa bumi itu bulat. Emang penting ya? Engga juga sih, he he he … tapi siapa tahu me...

Kaca Diri di SPBU

Kalau hendak keluar kota mengendarai kendaraan roda empat, Abang selalu mampir ke SPBU milik perusahaan pertambangan asing tertua  di Indonesia untuk isi bahan bakar. Alasan utama, karena letaknya yang kebetulan berada sebelum masuk pintu tol. Alasan kedua, karena ada poin yang bisa dikumpulkan untuk dapat potongan harga bahan bakar. Alasan ketiga, ini sih pendapat Neng pribadi, karena inovasi-inovasi layanannya yang menginspirasi. SPBU ini membuat jalur tersendiri untuk setiap jenis bahan bakar yang dijual, terpisah antara roda 2 dan roda 4,  disertai petunjuk arahnya. Jika kita masuk SPBU & antrian sudah terlihat padat, kendaraan akan diarahkan petugas ke nozzle yang paling memungkinkan untuk segera dilayani. Dan pelayanan pamungkas, menurut Neng, prosesi pembersihan kaca depan mobil ketika menunggu bahan bakar terisi penuh. Saat memulai pengisian bahan bakar, petugas akan menanyakan, “Kacanya dibersihkan, Pak?” setelah dijawab,”Iya” oleh Abang (pastinya selalu “iya...

Paradizing Banten

Meski pun tanah betawi tempat dia tumbuh besar ada di wilayah Provinsi Banten, Neng dan keluarganya lebih akrab dengan fasilitas yang ada di Jakarta. Dulu, sewaktu tanah leluhurnya itu masih menjadi bagian provinsi Jawa Barat, nama Banten semacam teritori tak tertulis untuk wilayah ujung Barat pulau Jawa. Para orang tua biasanya berziarah ke Banten dan itu sudah mengesankan wisata yang jauuuuuh sekali. Setelah menjadi Provinsi, daerah Banten yang paling akrab adalah Anyer. Anak-anak senang sekali bermain pasir dan air laut. Buat Neng juga, memandang laut lepas bagaikan menatap dunia luass yang perlahan membuat masalah hidup nya jadi keciiiil… (he he he, emang banyak masalah ya hidup lo?). Jalannya terawat, hanya saja, sulit sekali mencapai pantai-pantai indah di Anyer dengan angkutan umum. Keinginan menyekolahkan anak di Cahaya Madani Banten Boarding School (CMBBS), bermula dari kesadaran dirinya kurang perhatian dengan Provinsi yang (ternyata) sudah dijejaginya sejak kecil. Mungkin...

Kebaikan Hati Pemicu Inflasi ??

Judulnya provokatif banget ya? Hahaha ... ini sekedar pengamatan ekonom ala-ala macam Neng atas fenomena teori ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Waktu kuliah, Neng diperkenalkan dengan istilah: cost push inflation dan demand pull inflation , atau secara singkatnya, ada dua pemicu inflasi yaitu kenaikan biaya produksi atau kenaikan permintaan. Karena inflasi akan jadi sentral pembahasan di curahan hati kali ini, pengertian inflasi perlu dibatasi menurut tulisan ini, yaaa. Jangan dibandingin dengan teori ekonomi betulan, karena namanya juga ekonom ala-ala, belom jadi ekonom betulan. Jadi, kita sama kan dulu pengertian inflasi sebagai kenaikan harga suatu barang dan jasa pada suatu waktu tertentu. Objek pengamatan juga kita batasi, yaaa ... yaitu tarif bajaj dari stasiun tanah abang ke jalan DR. Wahidin Raya. Tarif bajaj ini fenomena yang mudah diamati dan dicerna karena banyak digunakan, apalagi oleh pengguna kereta yang perlu kendaraan tumpangan dari stasiun menuju kantornya. ...

Berandai-andai Prosedur Penyusunan RPP adalah Proses Pernyataan Pendaftaran

Sebagai pendatang baru, Neng setuju kalau dia harus banyak belajar. Mengerti proses bisnis, menjawab dengan diplomatis, mempertahankan argumen, dan yang paling sulit di unit baru ini adalah mencari tahu  apa yang diperkenankan dan tidak diperkenankan terhadap pemangku kepentingan. Maksudnya? Satu contoh, penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang tarif. Apa yang harus kita cermati? Di saat bos detil mempertanyakan komponen tarif, RAB kegiatan pembentuk tarif, bos yang lain berargumen (di kesempatan terpisah) yang terpenting adalah dampaknya terhadap masyarakat. Belum lagi, data dukung yang diperlukan. Ketika RAB ngotot diminta, pemangku kepentingan berkilah sulit menstandarkan komponen biaya dari tiap-tiap unit kerja di bawahnya. Ketika RAB dikritisi, sulit sekali meminta perbaikan. Belum lagi lama proses pembahasan. Dalam SOP yang belum juga saya dapatkan dan katanya masih menunggu persetujuan sekretariat, proses penyusunan RPP di level kami adalah 37 hari. Woww … ...

neng dan sepakbola

Sepakbola punya tempat tersendiri di hati Neng. Tidak sekedar mencari idola atau tontonan pemancing adrenalin, lebih dari itu: filosofi hidup. Ahhh macam van Gaal saja.  Saat-saat SMA di tahun 1995, Neng mulai terinspirasi dengan Ajax Amsterdam. Pasukan anak-anak muda minim pengalaman internasional, di bawah asuhan si tulip besi  Louis van Gaal , mengukir nama mereka dalam sejarah bergengsi kejuaraan antarklub Eropa: juara Liga Champion. Mereka berhasil melewati klub-klub besar Eropa macam Real Madrid, hingga akhirnya menang melawan raksasa Eropa saat itu, AC Milan di final. Buat ABG yang sedang mencari jati diri seperti Neng, pelajaran yang diingatnya adalah mulai bermimpi, mimpi menjadi seseorang, meskipun masih samar akan jadi apa ia nanti. Lalu ada masa ketika menikmati sepakbola tidak lagi di layar kaca. Mengikuti sepakbola melalui tulisan-tulisan media online  lebih memancing imajinasi. Neng mulai faham, posisi seorang pemain di lapangan tidak asal ditempatkan. ...

Orang Cerdas Itu ...

Orang cerdas itu percaya dirinya tinggi. Mungkin kepercayaan dirinya itu terbangun karena pemikirannya di atas kertas selalu terbukti bernilai tinggi. Atau, mungkin pendidikan di keluarga nya sukses membangun kepercayaan diri sehingga menghasilkan kecerdasan yang tinggi. Tapi ... mmm ... kadang-kadang, saking percaya dirinya, dia sangat yakin pendapatnya paling benar. Sementara pendapat orang, selalu ada argumentasi untuk melemahkannya. Hebat, bukan? Tapi juga ... kadang berdampak pada pekerjaan. Dia jadi aneh melihat hasil pekerjaan orang yang rasanya jauh di bawah standar pekerjaannya. Si A engga level , si B payah, si C low quality ... Well , karena cerdas, dia dengan mudah menemukan hal penting. Sementara orang lain, harus bersusah payah dulu memahami substansi berjam-jam, bahkan hitungan hari. Karena pintar juga, dia dipercaya melaksanakan banyak tugas. Tugas-tugas yang jumlahnya di atas standar ini, membuktikan bahwa dirinya penting. Jadi, jangan interrupt untuk hal-hal ya...

Memuliakan Istri? Emang Bisa?

Hari itu, atau lebih tepatnya, malam – senin malam – itu, waktu beranjak menunjukkan pukul 21.15 waktu ruang badan anggaran DPR RI. Sudah sembilan jam lebih Neng bersama rombongan wakil Pemerintah menunggu skors sidang belanja pemerintah pusat dicabut. Dari desas-desus yang beredar, para anggota dewan yang terhormat sedang melakukan lobi realokasi dari penghematan belanja. Neng inginnya sih pulang, karena mulainya saja tidak jelas, apalagi selesainya. Jam berapa dia akan pulang? Tapi,   bahan tayangan yang menjadi tanggung jawabnya kali ini ada sesuatu yang di luar kebiasaan dan dia merasa punya tanggung jawab moral untuk mengawal sampai proposal itu mulus disetujui. Jadilah dia harus bertahan. Di antara kejenuhan menunggu , kelelahan yang menggerogoti semangat, dan kantuk yang mulai menggerus kesadaran, seorang kawan menyodorkan telepon seluler pintar nya. Dia menunjukkan update status rekannya yang lain, “Muliakanlah istri, maka rizki mu akan lancar” dengan latar belakang ...

Inilah Banjarmasin

Setelah hasil koordinasi dengan Kopertis yang menguras emosi, rombongan panitia sosialiasi APBN yang terakhir di tahun 2014 berangkat juga ke Banjarmasin. Dari target 60 peserta yang diundang, baru 25 peserta yang positif mengkonfirmasi keikutsertaan mereka. Seharusnya, 35 peserta lagi berasal dari Perguruan Tinggi Swasta di wilayah sekitar Banjarmasin  yang dikoordinasikan Kopertis. Jumat sore kami baru mendapat kepastian dari Kopertis bahwa mereka sudah percaya kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan oleh instansi Pemerintah.  Mereka berjanji akan mengoordinasikan peserta dari Perguruan Tinggi Swasta. Ahhh ... sudah dulu lah memikirkan kegiatan sosialisasi. Neng ingin tahu Banjarmasin seperti apa? Masih banyak hutan kah? Jalannya sepi membentang mulus kah? Sungai-sungai mengapit kota kah? Dan bayangan eksotis lainnya tentang kota di wilayah tengah Indonesia itu. Senin, 13 Oktober 2014 pukul 14:20 WITA, rombongan tiba di bandar  udara Syamsuddin Noor. Dan ... Nen...

Hallooo ... Tertarik Ikut Sosialisasi?

(Bagian 2) Acara sosialisasi APBN 2015 akan diakhiri di provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya di Banjarmasin. Target sosialisasi ini adalah Dosen dan mahasiswa, bukan PNS. Kenapa? Karena civitas akademika dianggap wakil masyarakat (meskipun dari institusi negeri) dan PNS adalah wakil pemerintah. Petinggi kami ingin APBN lebih dikenal masyarakat dan berasumsi PNS yang bagian dari Pemerintah seharusnya sudah tahu. H-11 ... Neng menjajagi nomor-nomor telepon dua universitas negeri, kopertis, dan kantor wilayah Dirjen perbendaharaan. Yang terakhir untuk menjajagi kerja sama meminta satu narasumber lagi. Nomor-nomor tersebut dia peroleh dari website resmi institusi tersebut. Jadi, dia harus memastikan nomor itu masih aktif dan ... mencari pihak di masing-masing institusi yang bisa dia hubungi untuk memantau undangannya nanti. Kepala Kanwil menyambut antusias. “Silakan dikirim undangannya, mbak. Nanti saya tugaskan staf saya menghubungi mbak kalau perlu bantuan”. Yang lainnya, Ne...

Menuju Negeri Lambung Mangkurat

Gambar
(Bagian satu) Penting ga sih, perasaan sudah diabaikan setelah memberikan kontribusi total? Halaahhh ... kontribusi sepenting apa sih, sampai merasa harus diperhatikan? Hmm ... kalau soal perasaan diabaikan, namun pada akhirnya ada hikmah yang bisa diambil pelajaran, bisa jadi penting. Mungkin. Petualangan   yang membawa Neng sampai ke negerinya Pangeran Antasari, Banjarmasin, menurut Neng merupakan perjalanan penuh hikmah, perjuangan, dan berakhir dengan panen hasil yang manis: pengalaman. Semua bermula dari penugasan pertama untuk Neng dari Pak Direktur: menulis buku tentang proses penyusunan APBN. Beliau menunjuk seorang kepala seksi untuk membimbingnya dalam proses penulisan buku. Semacam test case buat orang yang baru bergabung dengan tingkat pendidikan pascasarjana, masa kerja 13 tahun, dan golongan Penata. Mungkin. Beliau berargumen penugasan ini supaya Neng bisa lebih cepat belajar dan mengetahui proses kerja di tempat yang baru tiga bulan dia jalani ini. Mmm ....

Tanjung Pandan, Suatu Hari

Gambar
Tentu saja, Neng tahu yang namanya Pulau Belitung dari novel Laskar Pelangi yang dibacanya melalui ‘sorongan’ seorang kawan di tahun 2006. Bertahun-tahun novel itu jadi pembicaraan, Neng masih percaya ga percaya yang namanya Pulau Belitung itu ada. Setelah tahun 2010-an dibentuk provinsi Bangka Belitung, barulah Neng percaya bahwa daerah itu benar-benar ada. Kenapa segitu ga percaya? Yaaa … sulit saja membayangkan di tahun 80-an, setting di novel, ketika Neng sudah bisa menikmati pemandangan gedung-gedung tinggi di Jakarta dari bus tingkat di atas jalan yang mulus, ternyata ada anak-anak di bagian lain wilayah Indonesia yang sekolah saja susah terkendala biaya. Padahal, dari visualisasi di film nya, tempat itu bagaikan surga dengan pantai-pantai elok berombak tenang dan bebatuan besar yang rapi tersusun bak pijakan bidadari kahyangan.   Belum lagi, kehidupan keras yang digambarkan dalam novel itu yang sempat membuat Neng berkesimpulan menjadi terdidik tidak cukup untuk menjadi ...