Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Merindukan Sushi

Hhhh … Neng menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Sudah berapa kali dia sadar ada kekurangan dalam pekerjaannya. Sudah berapa kali dia mengingat-ingat kekurangan itu dan berusaha menghindarinya. Tapi … ternyata jenis pekerjaaan lain, tingkat kesulitan dan pemahaman juga lain. Tidak ada orang yang sempurna, itu pasti. Setiap orang pernah berbuat salah, itu tentunya. Tapi kalau lagi dan lagi? “Sudah lah … yang penting kita sudah bekerja semampu kita”., kata seorang senior menenangkan. “Ga usah terlalu jadi beban. Yang penting kita bekerja sesuai kemampuan terbaik kita”,   hibur sang Atasan. “Jangan terlalu stress. Yang penting kita taat dengan prosedur yang harus kita jalani”,   tegas suaminya menghibur. Hhhh … semampu kita, kemampuan terbaik, itu hal yang relatif. Kelak jika kesalahan itu jadi temuan institusi pemeriksa, apa mereka percaya itu adalah hasil terbaik yang bisa Neng lakukan? Prosedur sudah berusaha ditaati, tapi masih ada yang terlewat. Neng masih me

Buntu

Langit Tanah Abang nampak cerah berselimut awan putih. Entah bagaimana mekanisme alam menyaring polusi asap kendaraan bermotor , sehingga nun jauuuuuuuh di sana, awan tetap putih. Neng senang sekali menatap awan putih. Ia selalu membayangkan saat-saat seperti itu lah ia berhadap-hadapan menatap wajah Allah.   Meski tak pernah sanggup menumpahkan keluh kesahnya, setidaknya ia yakin dari lantunan istighfar nya Allah tahu Neng tengah mengadu. Ia hanya bias beristighfar karena tidak bisa melantunkan permohonan atau menulis kata-kata permintaan atas pemandangan ironi yang jadi menu nya sehari-hari. Anak-anak penjual koran dan penyemir sepatu semakin bertambah, orang buta yang setia tiap pagi melantunkan   senandung nostalgia-nya bang hadji, orang-orand dewasa yang menjual tisu dan koran. Bukan pengemis yang membuat batinnya risau. Para pengemis itu bisa saja mengironisasi diri mereka, menceritakan kisah menghiba, lalu mereka berkata,”Daripada saya menodong ibu-ibu, lebih baik saya

Sejernih Kali Progo

Gambar
Ketika aku menceritakan awal mula pertemuan kita kepada temanku, dia berujar bahwa aku orang yang agresif dan irrasional (hehe … mba Ipung, I really like your statement, indeed). Ku rasa dia mewakili semua orang yang pernah kuceritakan tentang cerita kita, namun mereka tak mampu menemukan dua kata cerdas itu. Bagaimana tidak agresif? Aku memintamu untuk menikah kan? Bagaimana tidak irrasional? Kita baru saling tahu 6 bulan lewat internet dan telefon, serta belum pernah bertatap muka kan? Tapi aku benar-benar bersyukur menjadi orang yang agresif dan irrasional saat itu, karena selama 9 tahun menjadi makmum mu aku belajar banyak hal tentang hidup. Setiap saat aku mau, di mana pun tempat aku butuh. Buat aku, kamu suami jagoan paling sabar sedunia. Bagaimana ga jagoan? Kamu berdiri paling depan untuk menghalang semua kesulitanku. Kau sediakan bahu mu untuk memikul beban ku, dadamu tempat aku mencurahkan tangis, tangan mu untuk merangkul dan menghapus gundah ku, dan curahan fi

Nama Bapakku

“Salam ya, sama mas Sarbini”, heiii … aku masih suka terkejut sambil sedikit geli kalau ada teman yang berusaha familiar dengan keluargaku. Tapi … emang loe pikir siape mas Sarbini? Hahaha … Aku memang menulis nama seseorang di belakang namaku sebagai identitas di dunia maya. User name, facebook ID , atau alamat e-mail . Kalau perempuan yang lain menulis nama suaminya di belakang nama mereka, aku memakai nama bapakku di belakang namaku. Selain ‘salam sok akrab’ di atas, ada juga pengalaman menggelikan saat disangka aku seorang lelaki karena menyingkat nama tengahku sementara nama depanku adalah nama yang cocok baik untuk lelaki maupun wanita. Seorang sempai di kampus saat kutanya mengenai pengalamannya lewa facebook menjawab, “Iya mas Puji, Fall term memang yang terberat. Tapi   insya Allah selanjutnya bisa dilalui dengan santai, kok”. Mungkin, ia menganggap Puji yang bertanya adalah seorang suami yang sangat sayang keluarganya sehingga memasang profile picture i