Sejernih Kali Progo


Ketika aku menceritakan awal mula pertemuan kita kepada temanku, dia berujar bahwa aku orang yang agresif dan irrasional (hehe … mba Ipung, I really like your statement, indeed).
Ku rasa dia mewakili semua orang yang pernah kuceritakan tentang cerita kita, namun mereka tak mampu menemukan dua kata cerdas itu.

Bagaimana tidak agresif? Aku memintamu untuk menikah kan?
Bagaimana tidak irrasional? Kita baru saling tahu 6 bulan lewat internet dan telefon, serta belum pernah bertatap muka kan?

Tapi aku benar-benar bersyukur menjadi orang yang agresif dan irrasional saat itu, karena selama 9 tahun menjadi makmum mu aku belajar banyak hal tentang hidup. Setiap saat aku mau, di mana pun tempat aku butuh.

Buat aku, kamu suami jagoan paling sabar sedunia.

Bagaimana ga jagoan? Kamu berdiri paling depan untuk menghalang semua kesulitanku. Kau sediakan bahu mu untuk memikul beban ku, dadamu tempat aku mencurahkan tangis, tangan mu untuk merangkul dan menghapus gundah ku, dan curahan fikiran mu untuk menyelesaikan masalah ku.

Bagaimana ga paling sabar sedunia? Kamu menerima aku sejak sifat kekanakkanku begitu mendominasi. Tak pernah letih kau ingatkan tentang sabar dan syukur yang dulu selalu kucibir. Dan kau tetap berdiri di sana dengan pancaran cinta sehangat matahari musim semi meski ku getarkan rumah kita dengan bantingan pintu, ku bolongi penggorengan, kupatahkan pengulegakan, untuk meluapkan emosi ku di saat begitu lelah.
Bahkan kau buatkan monument lucu di kebun kecil rumah kita: patahan pengulegakan salah satu korbanku https://s-static.ak.facebook.com/images/blank.gif. Dan kini aku hanya tersenyum saat melihatnya, mengingatkan betapa bodohnya aku dikalahkan emosi.

Suara mu yang empuk membuat aku selalu rindu. Bibir mu yang cindar abang hanya mengeluarkan nasihat dan segala kebaikan. Bahkan canda mu tak pernah sia-sia. Maka, jangan pernah tak menjawab telefon ku, karena hati ini jadi hampa.

Dan kamu bagai kali Progo buatku. Tenang mengalir melalui hidup yang sering memuntahkan badai dan luka. Jernih memandang dalam pekatnya kabut masalah. Sejuk mengairi hati yang kering dan hampa. Produktif menyuburkan jiwa dan membuatnya jadi pribadi yang indah.

Dan kamu imam yang tegas buat kami. Kau latih aku untuk berkata hitam adalah hitam dan putih adalah putih. Kau didik aku untuk bersikap tegas dan tidak lembek bagai tape. Hal yang masih begitu sulit aku patuhi.
Meski sering tanpa rencana, tapi kau pimpin kami dengan penuh tanggung jawab. Ketegasan mu yang membuat anak lelaki kita berkurang melankolisnya dan membentuknya jadi lebih lelaki. Ketegasan mu yang mendidik mereka untuk mencintai sholat dan buku. Ketegasan yang mungkin warisan leluhur dari raja-raja bijak di Jogja.

Apa lagi yang tak kukatakan tentang mu? Aku hanya ingin mengingatkan diriku, bahwa pahit getir yang kita lalui kini terlihat indah.
Dan aku benar-benar bersyukur Allah memberi aku kesempatan melaluinya bersama mu.
Seorang bersahaja, suami jagoan paling sabar sedunia, yang ketenangannya sejernih kali Progo dan tegasnya menyamai raja-raja bijak dari Jogja.
https://s-static.ak.facebook.com/images/blank.gif

From Tokyo, with love ...🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjernihkan Nurani

Assalaamu'alaikum, Krisna

Demi Buah Salak