Orang Cerdas Itu ...
Orang cerdas itu
percaya dirinya tinggi. Mungkin kepercayaan dirinya itu terbangun karena
pemikirannya di atas kertas selalu terbukti bernilai tinggi. Atau, mungkin
pendidikan di keluarga nya sukses membangun kepercayaan diri sehingga
menghasilkan kecerdasan yang tinggi. Tapi ... mmm ... kadang-kadang, saking
percaya dirinya, dia sangat yakin pendapatnya paling benar. Sementara pendapat
orang, selalu ada argumentasi untuk melemahkannya. Hebat, bukan?
Tapi juga ... kadang
berdampak pada pekerjaan. Dia jadi aneh melihat hasil pekerjaan orang yang
rasanya jauh di bawah standar pekerjaannya. Si A engga level, si B payah, si C low
quality ... Well, karena cerdas,
dia dengan mudah menemukan hal penting. Sementara orang lain, harus bersusah
payah dulu memahami substansi berjam-jam, bahkan hitungan hari.
Karena pintar juga,
dia dipercaya melaksanakan banyak tugas. Tugas-tugas yang jumlahnya di atas
standar ini, membuktikan bahwa dirinya penting. Jadi, jangan interrupt untuk hal-hal yang sifatnya ‘omong
kosong’, tidak produktif, dan buang-buang waktu.
Tentu saja spektrum
minat pembicaraannya ada di frekuensi yang tidak biasa, dan hanya cocok dengan
orang-orang yang ada pada frekuensi yang sama. Harap maklum saja, ketika kamu
bermaksud sopan dan ramah dengan bertanya duluan, dia hanya akan menjawab
sekedarnya. Sadar diri, seandainya tiga kali kita memulai pembicaraan dan dia
belum berinisiatif memulai topik, berarti dia tidak berminat ngobrol sama kita.
Frekuensinya ga cocok.
Orang cerdas mungkin
logikanya terlalu terlatih, sehingga lebih mengedepankan rasionalitas dan
menyingkirkan jauh-jauh emosi saat berinteraksi. Ketika melihat sesuatu yang
menurut value-nya tidak benar, tidak
sesuai, dan melenceng, dia tidak pernah sungkan menyampaikan dengan tegas,
langsung, bold, tanpa sanepo. Jangan tersinggung, ya ...
selalu lihat sisi positifnya supaya tidak makan hati dan menguras emosi
sendiri. Siapa tahu memang kita yang salah, dan perlu memperbaiki diri.
Tapi, orang-orang
sering salah faham dengan orang cerdas. Ketika dia berargumentasi dibilang
keras kepala, saat memberi kritik output pekerjaan dibilang prefeksionis, waktu
menolak berbicara dibilang sombong, tidak berminat ngobrol dibilang angkuh, dan
keberanian menegur dibilang tidak punya empati.
Kalau di sekitar mu
ada kehadiran orang cerdas semacam ini, dan kamu belum bisa memahami apa yang
menyebabkan kalian terasa berbeda sehingga merasa tidak nyaman di dekatnya,
menyingkir dulu saja. Supaya kamu tidak banyak berburuk sangka, supaya punya
waktu menerima ke’cerdasan’nya.🌾
Komentar
Posting Komentar