Inilah Banjarmasin

Setelah hasil koordinasi dengan Kopertis yang menguras emosi, rombongan panitia sosialiasi APBN yang terakhir di tahun 2014 berangkat juga ke Banjarmasin. Dari target 60 peserta yang diundang, baru 25 peserta yang positif mengkonfirmasi keikutsertaan mereka.


Seharusnya, 35 peserta lagi berasal dari Perguruan Tinggi Swasta di wilayah sekitar Banjarmasin  yang dikoordinasikan Kopertis. Jumat sore kami baru mendapat kepastian dari Kopertis bahwa mereka sudah percaya kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan oleh instansi Pemerintah.  Mereka berjanji akan mengoordinasikan peserta dari Perguruan Tinggi Swasta.

Ahhh ... sudah dulu lah memikirkan kegiatan sosialisasi. Neng ingin tahu Banjarmasin seperti apa? Masih banyak hutan kah? Jalannya sepi membentang mulus kah? Sungai-sungai mengapit kota kah? Dan bayangan eksotis lainnya tentang kota di wilayah tengah Indonesia itu.

Senin, 13 Oktober 2014 pukul 14:20 WITA, rombongan tiba di bandar  udara Syamsuddin Noor. Dan ... Neng merasa ada yang salah dalam perjalanannya kali ini.
“Eh, bener ga sih pesawatnya sudah sampai Banjarmasin? Jangan-jangan tadi belok arah malah nyasar ke Bekasi?”

Suasana kota memang tidak berbeda dengan pinggiran Jakarta. Ramai, banyak kendaraan, perempatan, dan lampu merah. Hotel bintang lima yang terintegrasi dengan mal, pusat perbelanjaan, franchise makanan, dan bank miliki swasta komplit semua. Bahkan, ada bajaj pulak. Tidak ada hekataran hutan yang hijau nan rimbun. Bahkan, konon semboyan kota seribu sungai telah berubah menjadi kota seribu rumah toko (ruko). Satu yang membuat beda, banjarmasin lebih bersih dan tidak kumuh.

Satu-satunya suasana yang berhasil meyakinkan Neng bahwa dia sedang ada di kota seribu sungai adalah saat mencicipi soto banjar di pinggir sungai Barito. Saat itu, mendung membalut hujan yang turun rintik-rintik seharian. Kuah soto yang hangat jadi teman menikmati kesenduan senja hari yang kadang pecah oleh suara satu-dua perahu motor .

Keesokan harinya, sosialisasi ternyata berjalan lancar. Satu setengah hari kerja yang tersisa sebelum acara dioptimalkan kopertis untuk menyampaikan undangan ke Perguruan Tinggi Swasta. Peserta yang berpartisipasi ada 61 orang, terbanyak dari kegiatan sosialisasi yang sebelumnya diadakan. Kebanyakan menyampaikan aspirasi supaya Pemerintah tidak menaikkan harga BBM, ada yang mengusulkan alternatif peningkatan potensi penerimaan pajak, mempertanyakan legasi program kartu sakti Pemerintahan baru, mengusulkan peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar, dan mempertanyakan pola penyerapan belanja Pemerintah. Semua antusias.

Kegiatan sosialisasi berakhir, yang artinya berakhir pula petualangan Neng di Banjarmasin. Pasar apung? Tidak. Harus bangun terlalu pagi kalau hendak ke pasar apung, padahal malam itu Neng sudah kelelahan setelah setengah harian berkeliling pasar Martapura.
Pesawat GIA akhirnya menembus awan pulau Kalimantan lagi menuju Soekarno-Hatta. Semoga hiruk pikuk kemajuan Banjarmasin mencerminkan pemerataan pembangunan di wilayah tengah Indonesia. Semoga ...🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjernihkan Nurani

Assalaamu'alaikum, Krisna

Demi Buah Salak