Mimpi Terindah
Suatu hari, duduk di teras rumah, Neng memandang pekarangan depan yang tak seberapa luas. Hanya cukup untuk satu meter per segi kolam ikan, menampung dua buah pohon kecapi, sebuah pohon belimbing dan rambutan yang rajin berbuah serta bunga-bunga hias dalam pot-pot mini. Saat itu, matahari baru saja naik sepenggalahan dan Neng baru saja menutup paginya yang sibuk dengan sholat dhuha. Abang, suaminya di kantor, anak-anak sudah di sekolah mereka masing-masing, dan ahhhh... inilah dia, menikmati hidup. Hari itu adalah rangkaian hari-hari saat Neng memutuskan untuk melepas status pekerjanya. Memenuhi panggilan jiwa untuk menjadi istri, ibu dan pengurus rumah tangga yang qonaah , percaya pada kemurahan kasih Tuhan dan ikhtiar suami. Neng membayangkan, Neng lah perempuan paling bahagia di dunia dan akan tersenyum puas, kelak, saat menutup mata. Bagaimana tidak? Nafkah hidup, kesehatan keluarga, pendidikan anak-anak, asupan panganan bergizi, pakaian, listrik, telefon, kendaraan, bahkan...