Kamu pernah jatuh cinta?

Kalau ada seseorang yang kita kagumi, seperti Neng waktu SMP dulu ... hidup campur aduk rasanya. Semangat, patah hati, penasaran, tapi malu mengungkapkan. Apalagi, yang kita kagumi bukan orang yang biasa kita akrabi sehari-hari. Hanya bisa memendam perasaan jauh di lubuk hati, diam-diam mengamati, sambil pelan-pelan menyebut namanya.
Puluhan tahun kemudian, ketika hidup tidak hanya melulu berisi jatuh cinta, Neng menemukan pengalaman semacam jatuh cinta. Penuh harap, kekhawatiran, merasa sangat bergantung, sampai merasa harus terus membisikkan nama-Nya.
Sayangnya, Neng masih merasa malu-malu mengakui kalau dia jatuh cinta. Jangan-jangan, apa yang dilakukannya hanya sekedar karena dia teramat sangat bergantung dan perlu menguatkan diri.
Hidupnya, sebenarnya ga susah-susah amat. Penghasilannya cukup untuk membantu Abang         menopang keluarganya agar seimbang. Tapi, sumpah ... dia pernah mengalami masa terberat dalam hidupnya.
Ketika itu dia merasa terjebak dalam suasana kerja yang sangat sibuk, menuntut kecerdasan, kelugasan berpendapat, ketelitian, dan stamina fisik. Perasaannya akan tanggung jawab moral dari kualitas pekerjaan yang ditangani menambah beban mentalnya semakin berat dan berat.Waktu kerjanya dari pukul 07.30 tengg sampai pukul 19.30 tengg sering belum cukup untuk menyelesaikan pekerjaan yang datang lagi, datang lagi, dan datang lagi. Di rumah, tengah malam dia bangun dan melanjutkan pekerjaannya sampai pagi. Bahkan, Sabtu dan Minggu, dia masih menerima SMS supaya melihat e-mail yang harus dilaporkannya hari Senin.
Saat itu, ... dia selalu bertanya ... kapan semua kelelahan itu berakhir? Itu kah kehidupan yang diinginkannya? Bertahan untuk sekedar mendapat bayaran di akhir bulan yang akan menyambung kehidupan keluarganya.
Di antara kelelahannya, dia mencoba mendekati Dia Yang Maha Pencipta ... memohon jalan keluar terbaik dan kemudahan. Meminta dikurangi bebannya yang bahkan samar dalam tangis.
Tapi, entah apa yang menutup nuraninya ... sulit sekali Neng mendengar jawaban apa yang seharusnya diperbuat. Yang dia rasakan hanya kepanikan : besok deadline komentar untuk emisi PT X, sementara PT B akan bookbuilding, lusa jadwal diskusi dengan PT Z, dan PT A akan efektif, metode penilaian akuisisi PT Y bermasalah, dst ... dst ... Sholat saja dibatasi jadwal.
Karena dia kurang intens membangun kedekatan dengan Dia Yang Maha Pencipta, dia sulit membangun prasangka baik kepada-Nya ... sayang sekali.
Membangun cinta bahkan tidak semudah membangun gedung tinggi yang nampak nyata. Cinta perlu kepercayaan. Apalagi ketika perasaan itu diuji jatuh dan bangun, atau kesalahfahaman memahami cinta.
Ada hadits yang kira-kira menyatakan bahwa kalau seorang hamba telah mampu mengerjakan ibadah wajib dan nafilah karena cinta kepada Sang Khalik, maka Dia akan menjadi matanya ketika hamba itu melihat, kakinya ketika hamba itu berjalan. So sweet ... bagaimana kah caranya?
Sungguh, yang paling sulit adalah melenyapkan ambisi-ambisi duniawi. Keinginan yang sering membuat Neng merasa tidak seharusnya dia berada di tempatnya sekarang. Kehendak yang membuat dia merasa seharusnya memiliki sesuatu yang bukan diciptakan untuknya. Ambisi yang membuatnya merasa jauh dari Sang Maha Penyayang.
Apakah semua orang mengalami hal itu?
Sampai pada satu titik dia sadar ... yang membuatnya merasa hancur bukan karena dunia tidak ada di genggamannya. Namun, karena dia sulit membangun kepercayaan kepada Dia Yang Mahakasih.
Bukankah hanya Dia Yang Maha Lemah Lembut, yang bisa menghilangkan kesedihan?
Bukankan segala yang diciptakan-Nya sudah Dia lengkapi dengan ketetapan?
Apa yang ditakdirkan baik oleh Allah bagi hamba, tak akan ada satu makhluk pun yang mampu menahannya.
Dan apa yang ditakdirkan oleh Allah bukan untuk seorang hamba, juga tak akan ada satu makhluk pun yang bisa menghalanginya.
Allah Mahasempurna. Kasih-Nya nyata membalas setiap hati yang mengingat-Nya, setiap lisan yang membisikkan nama-nama terindah-Nya. Dia menjawab dengan menyusupkan rasa sejuk dalam jiwa. Pertolongan saat kita menemukan kesulitan. Hanya memerlukan sedikit usaha untuk menumbuhkan kepercayaan. Dalam sholat khusuk yang sedikit lebih lama, melalui lantunan dzikir dalam hiruk-pikuk manusia, dan sebut terus nama-nama terbaik-Nya.
Semoga, dengan begitu kau akan rasakan cinta. Cinta yang benar-benar menghapus sedih, menghibur gundah, dan membimbingmu untuk percaya.🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjernihkan Nurani

Assalaamu'alaikum, Krisna

Demi Buah Salak