The Special One Saja Terlihat Gagal, Apatah Neng???

Tadinya Neng  fikir promosi di tempat yang berbeda tugas, fungsi serta cara kerjanya, adalah tantangan yang menggairahkan. No no no … ketika saat itu tiba, Neng malah gemetar, cemas, dan takut karena semua proses kerjanya begitu gelap baginya. Neng benar-benar belum punya pengetahuan, bahkan yang paling azasi tentang pekerjaan di unit baru ini.

Jadilah Neng seperti orang gagal. Proses pembahasan RPP yang berkali-kali dalam waktu hampir setahun, Kementerian/Lembaga yang sulit dikoordinasikan, proses pencairan yang sering melibatkan mereka di sisi perencanaan, protes pelaksanaan Kementerian/Lembaga terkait ijin penggunaan, pelaksanaan pengelolaan kegiatan, atau pertanyaan-pertanyaan yang sama namun selalu diulang : mana PNBP, dan mana yang bukan. Belum lagi, tugas mengarahkan kolega bawahan, mendisposisi, atau memberdayakan mereka ketika kelihatan menganggur.

Rasanya, hanya doa-doa yang Neng panjatkan yang bisa membuatnya bertahan sampai satu tahun mengemban tugas ini. Neng masih bertanya dan sering terbebani. Sanggupkah Neng? Layakkah Neng? Rasanya Neng tidak banyak memberi solusi ketika mereka menemukan kendala.

Di tempat baru ini, Neng meninggalkan sama sekali hobinya membaca ulasan sepak bola tulisan Pangeran Siahaan. Entahlah, semua keasyikan dan kesantaian yang dulu dia nikmati menjadi hilang. Neng lebih banyak merenung dan berdoa. Sekilas saja dia mengikuti berita-berita besar sepak bola di Liga Premier Inggris. Banyak pelatih-pelatih kelas atas dunia memutuskan mengadu strategi di sana. Jurgen Klopp yang terlebih dahulu tiba dari Dortmund untuk Liverpool, disusul Pep Guardiola yang memilih Manchester City setelah banyak sukses bersama Bayern Muenchen. Chelsea yang putus dengan Jose Mourinho, memanggil Antonio Conte. Sementara itu, the Special One menggantikan seniornya Louis van Gaal untuk melatih Manchester United.

Ada yang bangkit seperti Arsenal, ada yang bertahan, ada yang mengalami penurunan, bahkan ada yang sepertinya kembali mengalami masa-masa sulit. Contohnya, Mourinho the Special One. Julukan yang dia sematkan sendiri atas dirinya itu bukan sembarangan diraih. Pelatih yang memenangkan tiga gelar juara Champion  League dari tiga klub di tiga Negara berbeda: Porto di Portugal, Real Madrid di Spanyol dan Inter Milan di Itali. Belum ada satu pun pelatih di dunia yang bisa meraih pencapaiannya itu. Maka, ketika van Gaal dipandang terlalu lamban mengefektifkan ‘filosofi’ nya dan hanya membawa MU di peringkat 4 akhir musim 2015/2016, Mou menjadi tumpuan harapan pemilik dan fans Setan Merah. Meskipun musim terakhirnya di Chelsea buruk, tapi prestasi mentereng nya jadi alasan utama mempercayakan dia mengembalikan kejayaan Manchester United.

Tiba lah saat itu, ketika puncak rentetan tiga pertandingan di Liga Premier tanpa kemenangan: kalah telak 0-4 dari Chelsea. Meme bertaburan mengolok-olok strategi yang tentu dia siapkan dengan matang. Neng faham tugas pelatih tentu lebih sulit dari menjadi pejabat setingkat eselon IV. Seorang pelatih harus teliti mengamati strategi lawan dan menemukan kelemahan mereka. Lalu menyusun strategi apa yang bisa diterapkan untuk menang. Ada kurang lebih 24 orang yang harus observasi untuk menentukan pemain mana yang paling tepat untuk strateginya. Kemudian, minimal 11 orang pemain utama dan 3 orang pemain cadangan harus dia arahkan untuk menerapkan strategi itu.

Urusan seorang pelatih tidak hanya terkait teknik dan strategi. Kemenangan juga ditentukan oleh semangat dan motivasi pemainnya. Dia harus menumbuhkan ambisi ingin menang, menekan egoisme individu, memupuk kepercayaan dan kerja sama. Makanya, seorang pelatih yang mencapai prestasi luar biasa pasti sudah menempuh tahapan-tahapan tersebut. Karenanya, ketika dia terlihat gagal, Neng yakin bukan berarti dia lebih bodoh dari pelatih lainnya. Dia sudah menganalisis kan? Dia sudah berkomunikasi dan memotivasi tim nya kan? Urusan menang-kalah atau seri, lagi-lagi kembali pada jargon: bola itu bundar.

Jadi siapa pun pelatih yang terlihat sulit membawa tim nya mencapai hasil membanggakan, Neng tidak berfikir mereka gagal. Hanya saja, mereka sedang mengalami masa-masa sulit. Mungkin timnya tiba-tiba tidak kompak, kurang punya semangat untuk menang, tidak punya rasa memiliki, ada hal yang luput dari perhatian ketika mengamati strategi lawan … ahhh entah lah apalagi. Yang jelas, di atas usahanya, tidak ada yang disebut gagal kan?

Apatah lagi Neng, dengan jam terbang dan pengetahuan yang harus dikejarnya. Sudah bertanya sana-sini, konsultasi dengan atasan, meminta pendapat kolega bawahan, mengarahkan mereka untuk melakukan A, B, C … memberi solusi sesuai ketentuan, mengonsep surat usulan dispensasi, menindaklanjuti proses bisnis. Semoga dengan memahami pelatih sehebat Mourinho saja bisa terlihat gagal, Neng tidak menuntut dirinya sendiri untuk bisa menyelesaikan masalah rumit. Semoga Tuhan melihat usaha Neng sebagai ikhtiar, dan Dia senantiasa memberi petunjuk apa yang harus Neng lakukan.
Wallahu musta’an.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjernihkan Nurani

Assalaamu'alaikum, Krisna

Demi Buah Salak