Postingan

I was having a good time ๐Ÿ˜€

Gambar
Mulanya, saya ga niat nonton Ayat-ayat Cinta 2. Alasan utama, karena aktornya ganteng menurut kriteria saya. Ha ha. Ujung-ujungnya saya takuuuut nanti banding-bandingin dengan ayang mbeib di rumah. Yang kedua, dari cerita AAC yang pertama dulu, konon cerita film biasanya akan dimodifikasi untuk kepentingan konsumsi “selera industri”. Jadi, pesan-pesan idealis sang Penulis yang bisa begitu panjang lebar dan dramatis di buku, harus hilang. Bahkan, ceritanya bisa berbeda sama sekali. Pun, menurut saya, novel yang difilmkan akan sangat membatasi imajinasi saya yang sudah terlanjur terlalu bebas saat membayangkan adegan-adegan di novel Saya membaca novel Ayat-ayat Cinta, tapi tidak sekuelnya. Meski demikian, saya sangat kagum dengan cara Kang Abik menuangkan argumen hadits dan ayat-ayat al Qur’an dalam dialog (di buku2nya yang saya baca, ya). Jadi, saat saya memutuskan nimbrung nemenin kawan SMA saya yang ngebet banget di WAG pengen nonton film ini, saya membekali diri dengan pengetah...

PNS Pesanan Emak

“Aku ingin jadi diplomat, Mak. Belajar bahasa asing, biar bisa keliling ke negara-negara lain. Jadi ijinkan aku ikut UMPTN dan ambil jurusan sastra, ya Mak.” Neng sudah kelas 3 SMEA, tapi mata pelajaran pokoknya tidak menarik minat untuk dijadikan profesi yang akan ditekuni di masa depan. Dia sangat menggandrungi bahasa Inggris dan terobsesi dengan pemandangan desa-desa Jepang di kalender. Masuk sastra Jepang jadi harapannya untuk bisa mewujudkan cita-cita melihat dunia luar. “Hmm … boleh. Tapi, coba juga daftar STAN ya. Kamu kan udah di SMEA, jurusan akuntansi. Sayang kalau enggak dicoba.” Emak tidak pernah menyinggung soal keberatan membayar biaya kuliah. Kesulitan mendapat akses belajar ketika kecil, emak sepertinya mendendam bahwa anak-anaknya harus punya kesempatan belajar setinggi-tingginya, di swasta sekalipun. Kakak perempuan pertama Neng kuliah mengambil jurusan manajemen di Unas, kakak perempuan keduanya di LP3I. “Kamu ga mau meringankan beban orang tua? Coba deh m...

Reuni

Gue bingung deh, kenapa sih orang-orang senang banget reuni? Kenapa sih orang begitu senangnya mengingat masa lalu … eh elu dulu begini kan? Yaa .. ampun sekarang lo gini banget yaa? Inget ga dulu kita begitu? Ha ha ha … hi hi hi … So what gitu? Trus emang apa yang bisa kita ubah? Kenapa kita seperti terjebak dengan masa lalu? Bentar … bentar .. dulu elo punya pacar ga? Temen ngegank? Guru favorit yang suka kasih elu nilai 8? Engga ada semua sih. Gue dulu judes ama cowok. Boro-boro punya pacar, baru digodain dijodoh-jodohin aja, gue dah menyalak. Gue juga ngerasa minder, cakep engga, jauh dari pinter, ga termasuk orang kaya, bukan atlet, jadi ga pe de ikut-ikutan nge-gank. Boro-boro nilai 8, belajar aja sistem kebut semalam, itu pun bisa terjeda kalo ada Ajax Amsterdam main di Liga Champion. Nonton aksi Jari Litmanen was a must . Heran, lo bisa bertahan dengan cara seperti itu. Pantesan apriori banget lo ama yang namanya reuni. Tapi ya, gue sempat   berdesir pas nerim...

Bola Salju Harapan Palsu

Tahun 2017 rasanya akan berakhir dengan suasana dramatis. Penantian hampir sepanjang tahun kebanyakan pegawai akan kabar baik nasib kesejahteraannya berakhir dengan kesimpulan: tidak ada kenaikan. Banyak yang memberikan pernyataan, ”Yaa … kita syukuri saja,” ada pula yang berkomentar, ”Yahhhh… masak ga jadi naik, sih.” Mengungkit-ungkit masalah ini bisa jadi bagai menyiram air garam di atas luka basah. Tapi saya benar-benar ingin mengingatkan diri sendiri, setidaknya, supaya tiap tahun tidak hanyut dan hanyut lagi dalam mimpi yang sama: harapan palsu. Semua orang punya kebutuhan. Apalagi PNS, yang merasa tahu benar perhitungan pendapatan mereka harusnya diperhitungkan dengan faktor inflasi. Maka, setiap tahun pertanyaan kami, para PNS adalah, “Apa kebijakan Pemerintah untuk kesejahteraan PNS? Karena inflasi tiap tahun naik, kebutuhan sekolah anak juga naik." Sebelum era reformasi birokrasi, andalan PNS adalah semata-mata kenaikan gaji yang diumumkan Presiden setiap tang...

You’re So Handsome

Gambar
Is studying that difficult? Yes, but it can be fun at the same time. I still don’t understand how I went through those weird formulas, and survived, though. Those mathematics problems, economics curves, or econometrics stages were unfamiliar to me. The only thing I knew was, doing my best and asking everyone knew better than me. It was a blessing in disguise, that the more difficult the problem was, the more chances I got to admire you. Just Imagine! At your age, the same as mine, you were given with such adorable understanding of sophisticated ‘languages’ of quantitative subjects. I remembered you were explaining the basic of econometric models of prediction. It was so obvious, yet I didn’t understand. I was distracted by your handsome smile, polite gestures, and intellectual looking. Wisconsin PhD graduate, huh? Those New Yorker dialect and casual outfits simply fitted you. I am so sorry if you found paper tests showed very bad results, supposed those were mine. It was so dif...

Macet kok dipikirin?

Cita-cita pembangunan jalan tol, idealnya untuk mempercepat jarak tempuh perjalanan. Dan kalau namanya sudah transjawa, berarti cita-cita luhur pembangunannya, yaaa … mempercepat transportasi sepanjang pulau jawa. Karena hakikatnya jalan tol adalah jalan bebas hambatan, tidak ada persimpangan atau perlintasan dengan kereta api. Apalagi, membawa kendaraan pribadi untuk pulang kampung saat hari raya menjadi alternatif favorit ketika perburuan tiket kereta api begitu sulit dan tiket pesawat sudah berada jauh di luar jangkauan Karena itu, ketika tol Cipali diresmikan medio 2015 oleh Presiden Jokowi dilanjutkan ruas palimanan – pejagan setahun kemudian, kegembiraan masyarakat begitu terasa. Pengguna kendaraan pribadi membayangkan perjalanan mereka dapat lebih fleksibel terjadwal, lebih cepat, bebas dari jalan berlubang atau kerumitan pasar tumpah, perempatan dan putar balik yang menjebak kemacetan, atau perlintasan pintu kereta yang menguji kesabaran. Kegembiraan yang luar biasa ini mem...

Sodara Ketemu Gede

Gambar
Neng kenal  mba Yayun, Tirta, dan mas Akmal saat wawancara beasiswa di gedung A Bank Indonesia. Dia heran dengan kepribadian ketiga orang ini yang ramah dan langsung ‘nyetel’ ngobrol ngalor ngidul seputar materi tes matematika dan wawancara saat itu. Padahal, banyak orang yang baru kita kenal harus ditanya berkali-kali untuk memulai percakapan. Pertemuan selanjutnya, dan menandai dimulainya persaudaraan mereka, di pesawat JL726 tujuan Jakarta-Tokyo, 8 Juli 2009. “Lu udah tahu bahasa Jepang yang harus diucapin setelah selesai makan?” tanya Tirta. “Hah?? Emang bakalan penting kita pake kalo di sana? Gue cuma tahu arigatou ,” Neng jadi takjub dengan kesiapan orang satu ini. “Lho … kalo ke Negara orang, kita harus tahu tata krama yang berlaku di sana. Sehabis makan, bilang ke koki nya,’ gochisyoo samadeshita, ’ mereka akan respek banget.” Well … oke, oke, Neng pun terbata-bata bagai merapal ‘mantra’ gochisyoo samadeshita … berkali-kali. Mereka kemudian bergabung dengan 40 pen...